Sabtu, 15 Oktober 2011

Djohar: Kami Terus Bekerja Sesuai Amanat Reformasi


Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Djohar Arifin Husin menampik tudingan bahwa dirinya memimpin PSSI tanpa konsep. Dia juga membantah jika dikatakan melanggar Statuta PSSI.

Djohar mengaku, selama 100 hari kepemimpinannya, dia bersama anggota Komite Eksekutif PSSI lainnya telah bekerja sesuai dengan amanat reformasi. "Kami terus bekerja membenahi PSSI sesuai amanat reformasi," kata Djohar ketika dihubungi Tempo kemarin.

Dalam bekerja selama 100 hari ini, Djohar mengakui ada kendala terkait dengan aturan Statuta PSSI yang dibuat pada masa kepemimpinan Nurdin Halid. "Reformasi tidak mudah karena ada benturan terhadap Statuta PSSI. Ini yang membuat pembenahan PSSI menjadi tersendat," kata mantan Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Indonesia Pusat itu.

Meski demikian, Djohar mengklaim bahwa konsep lima pilar reformasi PSSI tetap dilaksanakan. Salah satu yang penting, kata dia, adalah pembinaan usia ini. "Ini menjadi prioritas kami," katanya.

Agar bisa mencetak bibit pemain unggulan, PSSI berencana akan membangun enam sektor akademisi yang tersebar di seluruh Indonesia. Di akademi itulah pemain usia muda nanti akan dilatih. Selain itu, Djohar melanjutkan, pembinaan usia dini akan dilakukan di sejumlah pengurus cabang melalui sekolah sepak bola. "Programnya disiapkan PSSI," katanya.

Kemudian, Djohar meneruskan, PSSI akan mendatangkan pelatih dari institut di Belanda. Nanti pelatih dari Belanda itu akan mengajari pelatih Indonesia bagaimana teknik melatih yang benar. "Hasilnya baru bisa dilihat dalam lima atau sepuluh tahun ke depan," katanya.

Mengenai kebijakan PSSI soal kompetisi yang akhirnya memutuskan 24 klub, Djohar membantah jika keputusan itu disebut menabrak Statuta PSSI. "Pasalnya yang mana, kami sudah cek dengan bagian hukum," katanya. Pasal 37 huruf i Statuta PSSI, kata Djohar, menyebutkan bahwa Komite Eksekutif memutuskan tempat, tanggal, dan jumlah tim yang berpartisipasi dalam kompetisi PSSI. Jadi, menurut dia, tidak ada yang menyebutkan jumlahnya 18 klub.

Sedangkan sejumlah klub yang memboikot itu, kata Djohar, mereka berpegang pada pasal 23 ayat 1 tentang peserta kongres. Di situ memang disebutkan 18 peserta dari klub Liga Super memiliki satu suara. "Jadi tidak ada yang menyalahi statuta. Nanti yang punya suara tetap 18 klub ranking tertinggi," kata Djohar.

Soal diundurkannya jadwal kompetisi, Djohar menjelaskan, sebenarnya Liga Super Indonesia sudah dihapuskan karena, berdasarkan kesepakatan dengan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), sejak ultimatum pada 2008 hingga batas akhir 14 Oktober 2011 tidak bisa menjadi profesional. Dengan demikian situasinya berubah dan harus dibentuk baru. Namun klub-klub yang dulu ikut Liga Super masih merasa memiliki.

Meski harus berjalan tertatih-tatih dan mendapat banyak protes, Djohar bertekad akan tetap menggelar kompetisi. "Reformasi pasti ada saja gangguan," katanya. Menurut Djohar, PSSI juga telah menyiapkan 300 wasit yang telah mendapat pelatihan khusus di Secapa Bandung. "Kalau ada wasit yang ketahuan tidak bersih akan dipecat." l RINA WIDIASTUTI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar